Pengertian
Komunikasi
Komunikasi adalah
proses untuk menciptakan atau menimbulkan kesamaan. Harold D.
Lasswell menjelaskan komunikasi sebagai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan: Who, Say what, In which channel, To whom,
ith what effect? Kalimat ini kemudian dikenal sebagai formula Lasswell
(Effendy, 1993; 256). Dari apa yang dikemukakan Laswell tersebut pada intinya
mencakup unsur-unsur dari komunikasi, yaitu adanya; komunikator, pesan yang
disampaikan, media yang digunakan, komunikan/audiens,dan efek. Secara sederhana
dapatlah diartikan bahwa komunikasi merupakan kegiatan penyampaian
pesan dengan tujuan menyamakan makna dari seseorang/lembaga (komunikator)
kepada orang lain/audiens (komunikan).
Komunikasi menurut para ahli :
A. Hovland,Janis
dan Kelly
Komunikasi
adalah proses individu mengirimkan stimulus yang biasanya dalam bentuk
verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain
B. Forsdale
Komunikasi
adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu,sehingga
dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan
,dipelihara,dan diubah.
C.
Brent D Ruben
Komunikasi
adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya ,dalam
kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat
menciptakan,mengirimkan dan menggunakan informasi untuk
mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
D.
William D Seller
Komunikasi
adalah proses dengan mana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan,diterima
dan diberi arti .
E.
Dr.Arni Muhammad
Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal
maupun nonverbal antara sipengirim dan sipenerima pesan
untuk mengubah tingkah laku.
Tingkatan Komunikasi
1. Komunikasi
intra personal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri
sendiri, berusaha mengenal diri sendiri dan segala konsep diri yang
melingkupinya, menyanyakan kepada diri sendiri tentang segala hal yang ingin
dia ketahui terkait dengan keinginan, kebutuhan dan lain-lain.
2. Komunikasi
interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah berkomunikasi dengan
orang lain secara face to face maupun dalam kelompok.Komunikasi searah :
pembicara memberikan sebuah informasi dan pendengar menyimak informasi tanpa
memberikan pertanyaan, argumentasi maupun sanggahan. Komunikasi dua arah :
pembicara dan pendengar saling melakukan aksi reciprokal atau saling
berbalasan, saling bertukar peran, pendengar terkadang memberi informasi,
pembicara terkadang mendengarkan.
3. Komunikasi
massa
Komunikasi Massa : menyampaikan informasi kepada
beberapa orang di sebuah situasi yang sengaja diciptakan.
Syarat komunikasi interpersonal yang baik.
§ Good
Listener : mendengarkan orang lain untuk memberi kesempatan
mereka mengungkapkan ide atau pemikiran
§ Intonasi :
beri irama dalam setiap ucapan sehingga kata – kata mampu diserap dan dicerna
oleh pendengar
§ Empati :
memperhatikan respon emosi orang lain, jangan terlalu banyak humor jika lawan
bicara sedang sedih atau sebaliknya
§ Humor :
menyegarkan hubungan dengan sebuah suasana yang fresh dan tidak terkesan
formal.
§ Positioning :
menguasai posisi dimana harus berdiri, kapan harus mendekat, kapan harus
menjauh, membuat perubahan posisi di depan, ditengah maupun dibelakang
§ Volume
Suara : ucapan yang dikeluarkan mampu didengarkan oleh
orang – orang dalam massa tersebut.
§ Bahasa
Tubuh : jangan terlalu banyak mengekplorasi bahasa tubuh yang tidak
perlu
Prinsip-prinsip komunikasi yang harus dilakukan
komunikator antara laiN
· Penuh
minat terhadap materi pesan,
· menarik
perhatian bagi komunikan,
· Dilengkapi
alat peraga,
· Menguasai
alat peraga,
· Mengulangi
bagian yang penting,
· Memiliki
kegunaan, dan
· Jangan
menganggap bahwa setiap orang sudah mengerti pesan yang kita berikan (perlu
umpan balik).
Konsep komunikasi
Organisasi
Goldhaber (1986)
menyatakan definisi komunikasi organisasi:“organizational communication is
the process of creating and exchanging messages within a network of independent
relationship to cope with environmental uncertainty”. Dengan kata lain
komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling tukar
menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama
lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti. Dari definisi tersebut
terdapat 7 konsep kunci, yaitu proses, pesan, jaringan, ketergantungan satu
sama lain, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.Berikut ini merupakan konsep
kunci komunikasi organisasi (Muhammad: 2005)
1. Proses
Suatu organisasi
adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling
menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar
informasi ini berjalan terus menerus
dan tidak ada
hentinya, maka dikatakan sebagai suatu proses.
2. Pesan
Yang dimaksudkan
dengan pesan adalah susunan simbol yang penuh arti
tentang objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Untuk
berkomunikasi seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran mental, memberi
nama pada gambaran tersebut dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya.
Komunikasi tersebut efektif jika pesan yang dikirimkan itu diartikan
sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.
3. Jaringan
Organisasi terdiri
dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu
dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya
terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi.
Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya 2 orang, beberapa orang
atau bahkan seluruh organisasi. Hakikat dan luas jaringan ini dipengaruhi
banyak faktor, antara lain: hubungan peranan, arah dan arus pesan,
hakikat seri dan arus pesan, dan isi dari pesan
4. Ketergantungan
Keadaan saling
tergantung satu bagian dengan bagian yang lain dalam satu organisasi telah
menjadi sifat suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka.Bila suatu
bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada bagian
yang lainnya dan mungkin juga pada seluruh sistem organisasi. Begitu pula
halnya dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi perlu
dukungan untuk saling melengkapi agar organisasi dapat berjalan dengan
baik.
5. Hubungan
Karena organisasi
merupakan suatu system terbuka, system kehidupan sosial maka untuk berfungsinya
bagian - bagian itu terletak pada tangan manusia. Dengan kata lain jaringan
melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia.
Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada
tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu
dipelajari.
Hubungan manusia
dalam organisasi berkisar mulai dari yang sederhana yaitu hubungan diantara dua
orang atau dyadic sampai pada hubungan yang kompleks, yaitu hubungan dalam
kelompok-
kelompok kecil,
maupun besar, dalam organisasi.
6. Lingkungan
Lingkungan adalah
semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam
pembauatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat
dibedakan menjadi lingkungan internal (karyawan, staf, golongan fungsional dari
organisasi dan komponen organisasi lainnya seperti tujuan, produk, dsb) dan
lingkungan eksternal
(pelanggan, pesaing
dan teknologi)
7. Ketidakpastian
Ketidakpastian
merupakan perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan.
Untuk mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar
pesan diantara anggota, melakukan suatu penelitian serta pengembangan
organisasi. Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan terlalu
banyak informasi yang diterima daripada sesungguhnya yang diperlukan untuk
menghadapi lingkungan mereka. Oleh karena itu salah satu tugas utama komunikasi
organisasi adalah menentukan dengan tepat banyaknya informasi yang diperlukan
untuk mengurangi ketidakpastiantanpa informasi yang berlebihan
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
§ Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang
sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam
suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih
baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam
tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
§ Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang
yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan
untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau
intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan.
Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan
membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh
untuk dilaksanakan.
§ Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu
organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih
suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
§ Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha
untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas
dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal
tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b.
Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang
lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Bagaimana pola
komunikasi (pattern of commnunication) terjadi dalam suatu
organisasi? Secara umum pola pola komunikasi dapat dibedakan menjadi menjadi
saluran komunikasi formal (formal communication channel) dan
saluran komunikasi non formal(informal communication channel)
1. Salauran
komunikasi formal
Dalam struktur
organisasi garis, fungsional, maupun matriks akan tampak berbagai macam posisi
atau kedudukan masing-masing sesuai batas tanggumg jawab dan wewenangnya. Dalam
kaitannya penyampaian informasi dari manejer kepada bawahan, pola informasi
transformasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah(downward
communication), komunikasi dari bawah ke atas (upward
communication), komunikasi horizontal (horizontal communication), dan
komunikasi diagonal(diagonal communication).
1.
Komunikasi dari atas ke bawah
Komunikasi dari atas
ke bawah dipakai untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengoordinasikan,
memotivasi, memipin, dan mengendalikan berbagai kegiatan di level bawah. Jalur
yang berasal dari atas (manajer) ke bawah (karyawan) merupakan penyampaian
pesan yang yang dapat berbentuk perintah, instruksi, maupun prosedur untuk
dijalankan para bawahan dengan sebaik-baiknya. Namun salah satu kelemahan
komunikasi jalur ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan ataupun sensor
informasi. Dengan kata lain, informasi yang diterima para bawahan tidak
selengkap aslinya karena disebabkan oleh saluran komunikasi yang cukup panjang
mulai dari maajer puncak ingga karyawannya
2.
Komunikasi dari bawah ke atas
Dalam struktur
organisasi, komunikasi dari bawah ke atas berati alur pesan yang disampaikan
berasal dari bawah(karyawan) menuju ke atas (manajer). Dalam alur komunikasi
ini ide/gagasan penyamapaian pesan berasal dari bawahan. Bawahan terlibat
secara langsung dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mencapai keberhasilan
komunikasi dari bawah ke atas manajer harus percaya kepada bawahannya. Namun
salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas adalah
kemungkinan bawahan hanya menyampaikan informasi yang baik-baik saj, sedangkan
informasi yang agak berkesan negative atau tidak disenangi manajer cenderung
disimpan atau tidak disampaikan.
3.
Komunikasi Horizontal/lateral
Komunikasi horizontal
merupakan komunikasi antar manajer antasejawat atau antar karyawan. Tujuan
komunikasi horizontal melakukan persuasi, memengaruhi dan memberikan informasi
kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan seajajar. Komunikasi
horizontal bersifat koordinatif diantara mereka yang memeiliki posisi sederajat
baik di dalam satu departemen maupun beberapa departemen.
4.
Komunikasi diagonal
melibatkan antara dua
tingkat (level) yang berbeda. Bentuk komunikasi diagonal diantaranya adalah :
1. Penyebaran
informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang betuk komunikasi tradisional
2. Memungkinkan
individu dari berbagai bagaian atau departemen ikut membantu menyelesaikan
masalah dalam organisasi
Namun dalam
komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan. Salah satunya kelemahannya
adalah komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin yang
telah berjalan normal.
2. Saluran
Komunikasi Informal
Komunikasi informal
cenderung luwes/fleksibel atau tidak keta, sebagaiamana komunikasi yang terjadi
pada saat istiraht-istirahat kantor. Dalam jaringan komunikasi informal,
orang-orang yang ada dalam suatu organisasi, tanpa meemdulikan jenejang
hierarki pangkat kedudukan/jabatan dapat berkomunikasi secara luas.
Enam gaya komunikasi
menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss
The Controlling Style
controlling style
communication ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi,
memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang
yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah
atau one-way communications.
Pihak – pihak yang
memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian
kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika
umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.
Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif
orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk
memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag
berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar
dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa
yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai
untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan
pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat
mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain
memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
The equalitarian
style
Dalam gaya komunikasi
ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat
dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian
bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah (two-way communication).Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap
kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang
lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The
equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi,
sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam
situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.
Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di
antara para anggota dalam suatu organisasi.
The Structuring Style
Gaya komunikasi yang
berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan
guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi
informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang
berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur
yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna
lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
The Dynamic style
Gaya komunikasi yang
dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender
memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan
(action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh
para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen
atau saleswomen).
The Relinguishing
Style
Gaya komunikasi ini
lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan
orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan
(sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
The withdrawal style
Akibat yang muncul
jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada
keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan
orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang
dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Ada beberapa hambatan
yang berpotensi memperlamabat atau menyimpangkan komunikasi yang efektif
1. Penyaringan
Penyaringan atau
filtering merujuk pada upaya pengirim yang dengan sengaja memanipulasi
informasi sehingga akan menjadi lebih nyaman bagi penerima. Factor penenetu
utama dari penayringan adalah jumlah tingkataan dalam struktur suatu
organisasi. Semakin banyak tingkatan vertikat dalam organisasi
semakin banyak kesempatan terjadinya penyaringan. Factor seperti rasa takut
untuk menyampaikan berita buruk serta keinginan untuk menyenangkan hati atasan
sring kali mendorong karyawan untuk mengatakan kepada atasan mereka apa yang
menurut mereka ingin didengar.
2. Persepsi
selektif
Persepsi selektif
muncul karena dalam proses komunikasi baik penerima hanya melihat atau
mendengar pesan berdasarkan kebuthuhan, motivasi, pengalaman dan karakteristik
pribadi mereka yang lain. Ketika menerjemakhkan sandi dari pesan, penerima
memproyeksikan kepentingan dan harapan mereka ke dalam komunikasi.
3. Kelebihan
informasi
Setiap pribadi
memiliki kapasitas yang berbeda untuk mengolah data. Ketika informasi yang
harus kita olah melebihi kapasitas pemrosesan, hasilnya adalah kelebihan
informasi (information overload). Apabila seseorang memiliki
informasi yang berlebih mereka cenderung untuk meembuang, mengabaikan atau
melupakan informasi tersebut. Atau, mungkin mereka menunda untuk memroses lebih
lanjut hingga situasi berlebih itu berlalu.
4. Emosi
Emosi yang tengah
diterima penerima ketika menerima pesan akan memengaruhinya dalam menerjemahkan
pesan tersebut. Emosi seperti rasa girang atau depresi memliki potensi yang
dapat menghambat komunikasi yang efektif. Dalam keadaan seperti itu kita
cederung mengabaikan proses pemikiran rasional dan objektif kita serta
menggantinya dengan penilaian emosional.
5. Bahasa
Kata-kata bisa
memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda. Umur, pendidikan, latar
belakang kultural merupakan tiga variable utama yang memengaruhi bahasa yang
digunakan seseornag dan defines yang ia gunakan dalam kata-kata.
6. Kesulitan
Berkomunikasi
Hambatan Komunikasi
Ada
beberapa hal yang dapat menghambat atau menjadi penghalang dalam proses berkomunikasi,
Menurut Husaini Usman yang dikutip dalam bukunya “Manajemen Teori Praktik dan
Riset Pendidikan”,hambatan-hambatan yang menjadi penghambat dalam
berkomunikasi antara lain :
1. Komunikator
menggunakan bahasa yang sukar dipahami
2. Perbedaan
persepsi akibat latar belakang yang berbeda
3. Terjemahan
yang salah
4. Kegaduhan
5. Reaksi
emosional seperti terlalu bertahan (defensif) atau terlalu menyerang (agresif)
6. Gangguan
fisik (gagap, tuli, buta)
7. Semantik
yaitu pesan bermakna ganda
8. Belum
berbudaya baca dan tulis, serta budaya diam
9. Kecurigaan
10. Teknik
bertanya yang buruk
11. Teknik
menjawab yang buruk
12. Tidak
jujur
13. Tertutup
14. Deskruktif
15. Kurang
dewasa
16. Kurang
respek
17. Kurang
menguasai materi
18. Kurang
persiapan
19. Kebiasaan
menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.
(Usman, 2008
: 396)
0 komentar:
Posting Komentar